Posted by Ashton Anfakhira
13.07, under
Teknologi
|
0
komentar

TANPA peningkatan kapasitas jaringan data seluler, infrastruktur internet seluler para operator di dunia akan lumpuh menanggung beban dari lonjakan traffic data seluler global.
Firma riset Strategy Analytics Inc memperingatkan, para operator seluler di dunia harus segera meningkatkan kapasitas jaringan data (internet) seluler. Sebab, Strategy Analytics memperkirakan, traffic (lalu lintas) data seluler di dunia akan meningkat pesat hingga 2015.
"Traffic data seluler akan meningkat menjadi lebih dari 30.000 PB (petabyte), alias lebih dari 30.000.000 GB (gigabyte), pada 2015. Sekitar 30 persen beban itu disumbangkan smartphone sedangkan 70 persen beban yang lain berasal dari tablet dan modem seluler," ujar Senior Analyst Strategy Analytics Inc Nitesh Patel.
Strategy Analytics menambahkan, lebih dari 95 persen lonjakan traffic data seluler tersebut dipicu aktivitas konsumen dalam mengakses konten multimedia online. Tanpa peningkatan kapasitas jaringan data seluler, Strategy Analytics menegaskan, infrastruktur data seluler operator akan lumpuh menanggung beban tersebut.
"Operator seluler akan lebih efektif menyesuaikan sumber daya jaringan data dengan tuntutan konsumen apabila operator mampu mengombinasikan sistem analisis traffic data dengan investasi kapasitas jaringan dan skema tarif yang kompetitif," papar Director Wireless Media Research Strategy Analytics Inc David MacQueen.
Selaras dengan perkiraan Strategy Analytics, produsen teknologi seluler Airvana Inc menemukan, jaringan internet seluler para operator di dunia mulai kewalahan sejak populasi smartphone menanjak. Airvana menjelaskan, sebuah smartphone secara individual memang hanya mengonsumsi satu per dua puluh lima bandwidth yang biasa dikonsumsi sebuah notebook.
Namun begitu, Airvana menegaskan, pengguna smartphone mengakses jaringan internet seluler dengan intensitas yang jauh lebih tinggi daripada pengguna notebook. Akibatnya, Airvana menggarisbawahi, smartphone memberikan beban yang jauh lebih besar daripada beban notebook terhadap jaringan internet seluler. Airvana mengakui, akses internet seluler melalui smartphone di masing-masing negara di dunia memang bervariasi. Namun pada sejumlah kasus, jaringan internet seluler operator tertentu mengalami kelebihan beban hingga delapan kali lebih tinggi akibat akses internet seluler oleh smartphone.
"Dulu orang beranggapan notebook menjadi pemangsa terbesar sumber daya jaringan internet seluler. Tetapi sekarang industri mulai paham bahwa smartphone berdampak signifikan terhadap kinerja jaringan internet seluler," ujar Vice President Airvana Inc David Nowicki.
Bedasarkan survei tersebut, Airvana mengimbau para operator seluler meningkatkan kapasitas jaringan internet. Jika tidak, maka layanan mereka akan memburuk karena akses internet seluler menjadi semakin lambat dan bahkan lumpuh. Apalagi, Airvana memperingatkan, penggunaan smartphone untuk akses internet seluler akan terus meningkat.
Mengutip data firma riset iSuppli Corp, Airvana mengungkapkan, penjualan smartphone global akan mencapai volume 240 juta unit pada 2013, alias melonjak dari 200 juta unit pada 2009.
Firma riset Gartner Inc menambahkan, suplai bandwidth internet seluler di dunia pada saat ini sesungguhnya masih sangat kecil dibandingkan kebutuhan. Gartner menjelaskan, pada saat ini jaringan internet seluler masih berjalan normal karena tidak semua pengguna internet seluler menggunakan layanan tersebut secara bersamaan. Gartner memperingatkan, jika suatu saat terjadi wabah penyakit menular yang berbahaya di dunia sehingga orang takut pergi ke luar rumah dan mengandalkan akses internet dari jaringan seluler untuk bekerja, maka jaringan internet seluler di dunia niscaya akan lumpuh.
"Sebagian besar operator seluler di dunia mengklaim siap menampung lonjakan 40 persen lalu lintas data internet seluler. Kapasitas cadangan itu sesungguhnya terlalu kecil untuk mengantisipasi lonjakan penggunaan apabila ada wabah berbahaya menyerang dunia," papar Managing Vice President Gartner Inc Eric Paulak.
Melihat perkembangan tersebut, para operator seluler pun mulai melakukan pembenahan.Organisasi operator seluler global GSM Association (GSMA) mengungkapkan, para operator seluler di dunia pada 2010 mengucurkan investasi hingga USD72 miliar untuk menyajikan teknologi internet seluler berkecepatan tinggi.
"Operator seluler berinvestasi besar-besaran untuk membantu konsumen mengakses konten bertipe apa pun di mana saja berada pada setiap saat melalui jaringan internet seluler," ujar Chief Marketing Officer GSM Association Michael O’Hara.
GSMA menjelaskan, sebagian besar dari investasi USD72 miliar tersebut digunakan untuk membangun jaringan internet seluler berkecepatan tinggi bertipe HSPA (High Speed Packet Access). Teknologi HSPA menjadi fokus pengembangan karena HSPA adalah teknologi internet seluler berkecepatan tinggi yang paling populer. Berdasarkan data GSMA,pada 2010 terdapat sekitar 200 juta koneksi HSPA di dunia. Pada saat yang sama, di dunia tersedia pula lebih dari 1.800 jenis gadget berteknologi HSPA, mulai modem, smartphone, hingga notebook. Gadget-gadget tersebut dipasarkan oleh lebih dari 150 produsen.
Firma riset Wireless Intelligence mengungkapkan, penggunaan layanan HSPA telah meningkat fenomenal sejak 2007 dan akan terus meningkat pada 2010. Wireless Intelligence menegaskan, pada 2009 di dunia muncul rata-rata sembilan koneksi HSPA baru pada setiap bulan. Karena permintaan HSPA di dunia pada 2010 terus meningkat, Wireless Intelligence memperkirakan, pada setiap bulan muncul ratarata 13 juta koneksi HSPA baru. Alhasil, pada 2010 akan terdapat sekitar 342 juta koneksi HSPA di dunia.
0 Responses So Far: